PALEMBANG | superejatv.com -, Kepala Kantor Wilayah (Kakanwil) Kementerian Agama (Kemenag) Sumatera Selatan (Sumsel) H. Syafitri Irwan menjadi narasumber Badan Kesbangpol Sumsel pada Rapat Koordinasi Kerukunan Umat Beragama yang digelar di Hotel Swarna Dwipa Palembang, Kamis (9/10/2025).
Dalam paparannya, Kakanwil menjelaskan upaya Kementerian Agama menjaga kerukunan melalui Kurikulum Berbasis Cinta (KBC) dan penguatan konsep ekoteologi.
Syafitri menjelaskan, Kurikulum Berbasis Cinta merupakan buah pikiran Menteri Agama RI Nasaruddin Umar, yang berangkat dari kesadaran bahwa inti ajaran agama adalah menebarkan kasih sayang, sebagaimana Islam menegaskan prinsip Rahmatan Lil ‘Alamin. Sementara pendekatan ekoteologi menekankan relasi harmonis antara manusia dengan alam, di mana keberagamaan tidak boleh berhenti pada ritus formal, tetapi harus diwujudkan dalam kepedulian ekologis.
Selain itu, kata Syafitri, ‘Kurikulum Berbasis Cinta’ meneguhkan hakikat pendidikan sebagai proses memanusiakan manusia. Cinta dalam konteks ini bukan sekadar emosi, terang Kakanwil, melainkan energi spiritual yang mendorong terciptanya kedamaian, solidaritas, dan penghargaan terhadap perbedaan. Sedangkan ekoteologi mengingatkan bahwa bumi adalah amanah yang harus dijaga.
“Oleh karena itu, pendidikan yang mengintegrasikan nilai cinta dan ekoteologi akan membentuk generasi yang tidak hanya beriman, tetapi juga berkomitmen pada kelestarian lingkungan dan keadilan sosial. Inilah landasan etis yang hendak dibangun oleh Kementerian Agama melalui desain kurikulum ini,” ujar Kakanwil.
Sayfitri mengatakan keberagaman pada masyarakat Indonesia seperti pedang bermata dua. Satu sisi menjadi kekayaan Indonesia sebagai negara yang plural tetapi di lain sisi rentan memicu konflik perbedaan antar individu/kelompok. Hal itu termasuk yang terjadi akibat intoleransi dan konflik terkait agama yang masih terjadi saat ini.
Karena itu, Syafitri menyampaikan, Kementerian Agama berharap ‘Kurikulum Berbasis Cinta’ yang diajarkan sejak dini pada anak usia sekolah bisa mengatasi persoalan intoleransi. Kurikulum berbasis cinta setidaknya akan menekankan pada ajaran agama untuk saling mencintai, baik mencintai sesama manusia, mencintai alam dan lingkungan, maupun mencintai Tuhan.
Sayafitri menuturkan, kurikulum berbasis cinta yang diusung oleh Kementerian Agama terkait dengan konsep ekoteologi yang bertujuan untuk memperkuat rasa cinta antara sesama manusia, cinta terhadap alam, dan terutama cinta terhadap Tuhan.
Rasa cinta terhadap sesama manusia dinilai dapat menciptakan kerukunan di masyarakat, sementara rasa cinta terhadap alam dan lingkungan bisa mencegah adanya eksploitasi alam yang melampaui daya dukungnya.
Laporan: yulie | Editor: Ej@